Temu Kangen Pengamat Burung Se-dunia di Gujarat, India

Menghadiri “Global Birdwatchers Conference 2010” di Jamnagar, Gujarat-India, dari tanggal 25 -27 November 2010 lalu tentunya juga menambah daftar jenis burung di catatan Fransisca Noni. Bersama delapan peserta lainnya, Noni berkunjung ke Khijadiya Bird Sanctuary.

Pengalaman sembilan peserta dari Indonesia ini, diceritakan dalam Obrolan Kamis Sore, Desember 2010. Bersama dengan Dedi Istianto, penggemar fotografi, Noni menceritakan bahwa ada 100 orang pengamat burung yang diundang oleh Dinas Pariwisata Gujarat, India, dengan total 500 orang yang hadir guna memeriahkan konferensi pengamat burung tingkat internasional ini.

“Tidak hanya pengamat burung, tapi jurnalis juga hadir. Rata-rata peserta baru pertama kali mengikuti kegiatan ini. Seluruh biaya akomodasi dan transportasi seluruh undangan selama konferensi ditanggung oleh pemerintah Gujarat. Peserta pun datang dari berbagai negara dan keahlian, selain dari Asia ada pula peserta dari Rusia dan Argentina,” Noni menceritakan keragaman tamu yang hadir di konferensi.

Selain konferensi di dalam ruangan, peserta juga disuguhi tatanan stand pameran dari berbagai LSM lokal di India yang disiapkan dengan menarik, berbagai foto jenis burung menghiasi stand pameran. Kegiatan ini sudah ke empat kalinya diselenggarakan, banyak pula peserta yang selalu hadir pada setiap konferensi. Di dalam ruang konferensi, peserta mendengarkan presentasi mengenai migrasi burung, pengamatan burung dan fotografi, pengamatan burung dan konservasi serta ekoturisme khusus untuk burung. Namun demikian presentasi ini sifatnya searah, tidak ada sesi tanya jawab, karenanya di akhir konferensi tidak ada satu rekomendasi pun yang dihasilkan.

Di pagi dan sore hari, peserta diajak untuk mengamati burung di Khijadiya Bird Sanctuary. Luas suaka yang letaknya sangat jauh dari penginapan ini 6 km persegi, dan merupakan area yang unik, karena di dalamnya terdapat ekosistem buatan dan alami dari air tawar dan laut, sehingga merupakan salah satu lokasi istirahat dan bersarang bagi burung–burung yang bermigrasi dari Eropa. Ada 257 jenis burung yang telah diidentifikasi di suaka ini.“Sayangnya waktu pengamatan burung sangat kurang, biasanya hanya 1 jam saja, seusai konferensi,” kenang Noni.

“Namun, burung-burung di sana sepertinya tidak terganggu dengan kehadiran manusia. Mereka mudah sekali dijadikan obyek photo, dan saya banyak mendapat frame gambar-gambar burung, beberapa malahan jenis baru buat saya,” tambah Noni.

Selain ke Khijadiya, peserta juga dibawa ke Marine National Park. Lokasi dengan luas 620,81 km persegi ini merupakan salah satu lokasi IUCN bagi 94 jenis burung air dan 78 jenis burung terestrial. Pada waktu surut, pantainya bisa mencapai 2 km ke arah laut. Waktu pengamatan yang tidak tepat menyebabkan peserta harus berjalan jauh sampai ke bibir pantai untuk mendapatkan objek yang langka seperti Crab plover, burung pemakan kepiting.

Banyak hal yang mengganggu peserta saat pengamatan burung, terutama waktu pengamatan yang kelewat singkat, sehingga terkadang di sela-sela pengamatan ada satpam yang memanggil peserta untuk makan siang, “Mister, Miss, come on lunch… lunch…”. Padahal seharusnya bisa saja peserta sudah dibekali makan siang sebelum pengamatan. Belum lagi hilir mudik mobil patroli polisi sambil membunyikan klakson di sekitar lokasi pengamatan.

Dalam hal fotografi, Dedi mencapat rumus jitu untuk mendapatkan foto-foto burung yang indah, yaitu OMG-C2. Di mana O = observation, M = moment, G = gear, C = composition, C = creative. Pastinya sebelum itu kita harus mengembangkan imajinasi kita untuk menentukan ide/konsep/gagasan serta tujuan pemotretan, lalu diikuti dengan riset terhadap obyek yang akan difoto. Melakukan pengamatan di lapangan, baik untuk mempelajari tingkah laku obyek, memilih tempat sampai mempelajari kondisi lapangan merupakan salah satu langkah mendapatkan foto indah, selain diperlukan kesabaran tinggi untuk mendapatkan pose indah si obyek. Tidak perlu menggunakan peralatan yang canggih, tapi maksimalkan fungsi peralatan yang kita punyai. Yang penting, berani mencoba dan terus berlatih!!

Hal positif yang dirasakan tim Indonesia hadir di Gujarat, adalah memperluas jaringan dan berbagi informasi antar sesama pengamat burung dunia, karena masing-masing anggota tim “harus” mencari sendiri para ahli di bidangnya masing-masing untuk bertukar info, kemudian membaginya dengan anggota tim lainnya. Hal ini harus dilakukan karena tidak ada sarana untuk saling memperkenalkan diri. Bertemu dengan para ahli burung dunia tentunya sangat membanggakan, apalagi bila bisa belajar sesuatu darinya, termasuk hal fotografi satwa.

Dapat disimpulkan bahwa kegiatan ini murni hanya merupakan promosi pariwisata dan pengamatan burung di Khijadiya Bird Sanctuary, oleh Departemen Pariwisata Gujarat, yang telah berkomitmen untuk mengadakan kegiatan ini setiap tahunnya, karena nyata-nyata kegiatan ini mendatangkan banyak penghasilan bagi propinsi ini.

Kegiatan ini juga patut ditularkan dan bisa diaplikasi oleh Dinas Pariwisata di Indonesia, bekerja sama dengan pengamat burung untuk mengenalkan keanekaragaman burung Indonesia yang kaya dan habitatnya. Untuk tema, bisa disesuaikan dengan saat di mana burung mudah dilihat dengan mata telanjang, terutama untuk orang awam, seperti peristiwa migrasi burung-burung pemangsa. Apalagi setiap dinas pariwisata memiliki anggaran untuk memromosikan daerahnya.

Di banyak negara, kegiatan pengamatan burung sudah menjadi komoditas untuk menghasilkan uang, karena banyak hal terkait dengan kegiatan ini, seperti industri makanan, transportasi, penginapan dan budaya, misalnya. Banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan untuk mengadopsi kegiatan macam di Gujarat ini, di antaranya meningkatkan kualitas jejaring antar kelompok pengamat burung di Indonesia, meningkatkan kemampuan intepretasi pada pengamat burung, kerja sama antara tour operator dengan para pengamat burung, dan kerjasama dengan badan lain yang terkait.  Menarik! [irma dana & jeni shannaz]

Obrolan Kamis Sore, 16 Desember 2010

Nara sumber:

Fransisca Noni (fransisca_noni@yahoo.com)

Dedi Istianto

Leave a comment